Konon kabarnya disuatu tempat (nama panggilan tempat tersebut adalah BATU GEDE terdapat sebuah mata air yang debit airnya cukup tinggi dan dapat dipergunakan untuk mengairi sawah pertanian dan perikanan masyarakat yang ada disekitar tempat tersebut, sehingga mata air tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama yang mempunyai lahan persawahan.
Namun katanya bahwa mata air yang terletak didaerah BATU GEDE tersebut airnya berasa asin sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk minum, tetapi masih bias digunakan untuk keperluan lain seperti Mandi, Cuci dan lain-lain.
Dengan terdapatnya mata air yang berasa asin tersebut maka para tokoh yang ada member nama tempat tersebut dengan nama PENGASINAN, yang kemudian dijadikan sebagai nama sebutan untuk kampung Pengasinan dan akhirnya nama tersebut digunakan sebagai sebutan untuk nama Desa, yaitu DESA PENGASINAN sampai dengan saat ini.
Kuwu Desa Pengasinan pada Zaman Penjajahan Belanda adalah :
- SANIM BIN SUE ( Tahun……………….)
Kuwu Desa Pengasinan Pasca Kemerdekaan adalah :
- ENAP SIKIM
- KASIM, Juru tulis M. Yasin (Encin)
- SAMAD SAIH, Juru tulis M. Bachrum ( 1972-1985 )
- ZAENAL ABIDIN, Juru tulis Ma’mun ( 1985-2003 ) dari zaman orde baru sampai dengan
masa Reformasi.
Kuwu Desa Pengasinan setelah Orde Baru (Reformasi) adalah :
- ASMITA, SH ( 2003 – 2013 ), Sekdes O. Suryadi.
- RUSLI PRANATA ( 2014-sekarang ), Sekdes O.suryadi,S.Sos
Kebudayaan masyarakat Desa Pengasinan yang ada sejak zaman dulu diantaranya, Tradisi Ziarah, Tradisi Hajatan/Pesta perkawinan atau khitanan, Tradisi sedekah bumi, dan lain-lain. Cagar budaya yang ada yaitu Makam Keramat Mangga yang terletak di Kampung Kebon kopi Rt.03 Rw.06 Dusun 06 dan Makam Kedung Bulus yang terletak di Kampung Kebon kopi Rt.01 Rw.07 Dusun 07. Makanan Tradisional yang ada di Desa Pengasinan yaitu makanan yang bahannya dari ubi singkong yaitu : Opak, Getuk, Tiro dan lain-lain. Wilayah Desa Pengasinan terangkum dalam wilayah Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.